Selasa, 19 November 2013

my hope

Tuhan, aku tidak tau harus mulai darimana, tapi 1 hal yang pasti, dan yang aku harus sadari kalau aku harus tetap hidup walau bagaimanapun caranya. sesulit apapun itu, harus kulalui dengan hati yang lepas. Tuhan, ajarkan aku untuk selalu bersabar dan bisa menahan diri untuk tidak terlalu banyak berbicara, karna sampai saat ini, cuma hal ini yang paling sulit kulakukan. Tuhan, aku kangen dengan keluargaku, aku benar-benar merindukan masa-masa ketika bisa bersama mereka, dan bahkan hal yang paling ingin kulakukan bersama mereka adalah aku bisa memeluk mereka dengan erat, tetapi sampai umurku yang ke-24 ini masih belum mampu kulakukan. Tuhan, ada apa dengan diriku sebenarnya??? padahal hati selalu ingin tapi badan ini tetap tidak mampu bergerak untuk melakukannya. Tuhan, tolong jaga keluargaku, yaitu mamaku tersayang, dan kedua kakakku yang paling kucintai di dunia ini dengan baik, tolong lindungi mereka seperti mereka melindungiku, sayangi mereka seperti mereka sangat menyayangiku, dan berikanlah mereka kesehatan dan kebahagiaan selalu, Tuhan, apa yang aku buat dalam hidupku selama ini cuma demi mereka, aku akan terus berjuang demi kebahagiaan mereka. Tuhan, bantu aku untuk selalu kuat dan harus semangat selalu untuk terus berjuang walau apapun yang akan menimpa kehidupanku nantinya. karna aku tau, ini pengaturan terindah dari-Mu Tuhan :)

Jumat, 11 Januari 2013

Who Is He 2013



P R O L O G

WHO IS HE???
Hmm, harus mulai darimana y? Dia??? Aku gak tau…… Dia terlalu sempurna untuk didekati, karna sampai hari ini dia masih belum mau turun dari langit untuk menemani aku….. Hiksss (T.T)~……
Menyedihkan y? Orang seperti aku, sepertinya bakal selalu kesepian…… Bukan karna gak ada cowok yang gak mau sama aku sih…… Cuma aku yang terlalu masih mau sendiri……
Hidup aku yang penuh warna warni, sebenarnya cukup indah… Bahkan sampai ada orang yang bersedia menjadi aku jika bisa, mereka bilang aku orangnya sangat bebas dan bahagia…… Wow, apa iya ya??? Aku aja gak yakin…… Hehehe…^^
Tapi, ada satu hal yang buat aku aneh, entah kenapa aku itu lebih gampang berteman dan cepat akrab dengan cowok……. Cewek, yah, kapan-kapan aja. Susah x mau akrab dengan cewek. Parah.
Tapi ada suatu saat dimana aku benar-benar ingin menghilangkan diri dari cowok-cowok. Selalu ingin hidup menyendiri tanpa ada gangguan. Bahkan, aku juga menjauh dari keluargaku sendiri. Benar-benar anak aneh aku kadang-kadang. Tapi itulah kepribadian aku yang sebenarnya. Sampai hari ini sifat menyendiri itu menjadi sebuah rahasia yang tidak pernah aku ungkapkan kepada semua orang. Termasuk sahabat atau keluargaku sendiri. Mungkin sifat ini menjadi rahasia besar yang akan kubawa sampai aku mati.
Yah, uda cukup ya keluh kesah aku tentang diriku……

Kini akan kumulai dengan sebuah cerita tentang hidupku…

Pada tanggal 25 Januari 1991, lahir seorang anak ke dunia…


bersambung ^^.....

Senin, 28 Mei 2012

Kasih Sayang Seorang Ibu

KASIH SAYANG SEORANG IBU

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar” ———-KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA 
Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!”
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.